Tidak dipungkiri, laju perkembangan teknologi yang luar biasa di era digital seperti saat ini memang banyak memberikan dampak positif. Namun dibalik segala kelebihannya, sesuatu hal diyakini akan mendatangkan hal-hal negative juga. Disatu sisi, teknologi mampu menghadirkan kecepatan pendistribusian informasi yang luar biasa. Update peristiwa dilokasi tertentu, misalnya invasi Rusia ke Ukraina, akan diketahui oleh public di belahan dunia lain. Dengan sekali klik, video yang diunggah, akan dapat ditonton oleh jutaan bahkan milyaran umat manusia di dunia. Namun, disisi lain, mengintip tindak kejahatan yang berevolusi dalam bentuk kejahatan cyber. Salah satu cyber crime yang paling populer adalah kebocoran data (data leak).
Salah satu peristiwa yang masih hangat dibicarakan dalam berbagai media terjadi di awal bulan Maret ini. Saat para ASN sedang menikmati romantisme tanggal muda, tiba-tiba publik dihebohkan dengan berita tentang kebocoran data pengguna internet. Hal itu terungkap setelah peneliti siber dari Singapura, DarkTracer, mempublikasikan laporannya bahwa terdapat kebocoran data kredensial lebih dari 49 ribu situs pemerintah di seluruh dunia. DarkTracer juga membuat daftar situs pemerintah dengan kebocoran data paling banyak. Dari data tersebut, terdapat tiga situs pemerintah Indonesia yang masuk dalam daftar 10 situs teratas, salah satunya melalui situs Ditjen Pajak (djponline.pajak.go.id). Terdapat 17.585 data kredensial untuk akses ke situs djponline.pajak.go.id yang bocor. Bukan hanya di situs itu saja, kebocoran data milik wajib pajak juga terjadi di situs ereg.pajak.go.id.
Namun kemudian secara resmi Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat (P2Humas) DJP menenangkan public melalui keterangan persnya pada tanggal 3 Maret 2022. Juru bicara Ditjen Pajak tersebut menyampaikan bahwa kebocoran data bukan berasal dari system internal DJP, melainkan berasal dari perangkat pengguna (user) yang terinfeksi malware, yang kemudian digunakan untuk masuk ke dalam situs pemerintahan. DJP pun menyarankan agar pengguna situs DJP dan wajib pajak secara luas segera mengganti kata sandi dengan yang lebih kuat dan aman secara berkala. Huffhhh…melegakan sekali.
Jika menengok 2 bulan ke belakang, tepatnya di minggu pertama Januari 2022, DarkTracer juga melaporkan bahwa sebanyak 40.629 pengguna internet di Indonesia terinfeksi Stealer seperti Redline, Raccoon, Vidar dan lainnya. Selain itu, terdapat 502 ribu lebih data kredensial untuk akses ke domain .id (dot id) yang bocor dan didistribusikan melalui situs gelap. Data kredensial pengguna yang bocor tersebut tidak hanya data pengguna yang mengakses ke sejumlah situs pemerintahan saja seperti Kemdikbud, BKN, Ditjen Pajak, dan BPJS Ketenagakerjaan. Namun kebocoran juga sudah merambah ke data user yang mengakses beberapa aplikasi e-commerce seperti Shopee dan Lazada.
By the way, kenapa sih kok bisa data yang sebegitu penting bisa bocor? Dilansir dari situs UpGuard terdapat enam penyebab paling umum terjadinya kebocoran data di 2021, diantaranya kesalahan konfigurasi software, penipuan melalui rekayasa sosial (social engineering), password atau kata sandi yang digunakan berulang, pencurian barang yang mengandung data sensitif, kerentanan perangkat lunak, dan penggunaan kata sandi bawaan (default password).
Harus dipahami bersama bahwa kebocoran data sangat erat hubungannya dengan pembobolan data. Ketika data tanpa sengaja terekspos ke internet ataupun situs yang tidak aman, seorang peretas dengan senang hati akan segera mengakses informasi pribadi Anda untuk melakukan pembobolan data (data breach). By the way, kenapa sih kok bisa data yang sebegitu penting bisa bocor?
Jika kita perhatikan, banyak faktor yang berpotensi menjadi penyebab kebocoran data. Dari beberapa literatur, penulis mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi 3 penyebab utama kebocoran data, yaitu faktor kesalahan manusia (human error), serangan Malware (malicious software), dan manipulasi psikologis melalui social engineering.
Pertama, human error. Fitrah manusia yang hobi mempraktekkan kebiasaan ekonomis diantaranya dengan mencari free software atau aplikasi bajakan (yang biasanya memberikan iming-iming free trial atau bonus-bonus lainnya) “memaksa” kita untuk secara suka rela memasukkan data pribadi berupa nomor telp di situs atau aplikasi yang tidak terjamin keamanannya. Dan tanpa kita sadari, hal ini sering kita lakukan.
Kedua, serangan malware. Acap juga kita lalai dan tidak teliti dalam menerima maupun mengirim email, yang berpotensi menjadi pintu masuk malware. Malware pada dasarnya adalah program yang dirancang untuk merusak dengan menyusup ke system computer. Salah satu jenis malware yang berbahaya yaitu spyware. Menurut salah satu vendor antivirus yang sudah mendunia, Kaspersky, spyware merupakan software yang didesain untuk masuk ke dalam perangkat komputer. Spyware mempunyai kemampuan mengumpulkan data-data pribadi user dan mengirimnya kepada pihak ketiga tanpa persetujuan user. Jahat sekali kan?
Ketiga, social engineering yaitu penggunaan manipulasi psikologis untuk mengumpulkan data sensitif seperti nama lengkap, username, password, dan sebagainya melalui media elektronik dengan menyamar sebagai pihak yang dapat dipercaya. Biasanya phishing memanfaatkan email untuk mengelabui korbannya. Email yang dikirimkan pelaku dapat berisi sesuatu yang mengatasnamakan pihak tertentu dan memancing korban untuk meng-klik tautan yang tercantum di dalamnya. Malah penulis beberapa kali mendapatkan sms yang berisi tautan dengan iming-iming bonus pulsa, bisa jadi sms dengan tautan tersebut merupakan kail untuk memancing “ikan-ikan” yang tergoda dengan umpan yang melambai-lambai memanggil-manggil untuk di klik.
Terlepas dari faktor-faktor utama tersebut, mungkin kita telah mengetahui tips-tips “normatif” untuk menghindari kebocoran data, yang bisa kita temukan di berbagai website maupun platform media social. Namun, apa yang harus kita lakukan jika sebuah data website sudah bocor? Langkah mitigasi yang paling cepat dan praktis yaitu, segera meng-update dan mengubah password akun user. Ibarat sebuah pintu, jika ada pelaku criminal yang sudah menduplikasi kunci tersebut, maka cara paling ampuh dan cepat yang bisa dilakukan empunya pintu yaitu langsung mengganti set pintu dengan yang baru. Cara tersebut disinyalir menjadi cara paling ampuh dan bisa dilakukan secara mandiri.
Memang, teknologi yang semakin maju disatu sisi akan semakin memudahkan manusia. Namun disisi lain, ancaman terhadap keamanan penggunaan teknologi juga semakin berevolusi. Bagaimana menyikapinya? Tidak perlu paranoid atau kekuatiran yang berlebihan, yang penting tetap hati-hati dan waspada. Makanya bro, sayangi data pribadimu mulai sekarang. Karena privacy adalah privilege yang tidak akan pernah bisa ditukar dengan nominal berapa pun saja.
(Penulis: Mahmud Ashari, Kepala Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Kisaran)
Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!
Rollovers, flashovers, and backdrafts. These three terms are used to describe special fire circumstances. You do not want to be caught in a situation when any of these are happening in your vicinity. Even with all of their equipment, these circumstances are also dangerous for firefighters. What do each of them mean? Why should you be concerned about flashovers? What happens when there is a backdraft? These are terms everyone should be familiar with, as they heavily relate to fire safety. Check out the following video to see these three situations as they develop in a simulator:
Rollover– A rollover is the circumstance in a structure fire when incompletely burned fuels or ignited fire gases spread out horizontally after rising to the ceiling. After this, the smoke suddenly appears to start burning. This special circumstance can lead to a flashover. Check out the following video to see a rollover in action:
Flashover– A flashover is the circumstance in a structure fire when everything in the room suddenly and simultaneously ignites. In full protective gear, a firefighter is even unlikely to survive this event, though they are trained to recognize when a flashover is about to occur. It happens due to several factors. A rollover occurs, with hot gases rising to the ceiling and spreading out across to the walls. The heat intensifies to the point where every combustible item reaches ignition temperatures. This causes them to burst into flames. In a few seconds, temperatures shoot up to as much as 1,000 degrees Fahrenheit or 538 degrees Celsius. Some of the signs of an impending flashover are; “black fire,” which is dense black smoke with tightly packed curls, black smoke which pushes out of a window opening or doorway, and smoke which has gone as low as a doorknob. Check out the following video to see a flashover in action:
Backdraft– A backdraft is when there’s an explosion due to oxygen being let into a room full of hot gases. When a fire is burning in an enclosed area, eventually, it burns up all of the oxygen (it’s oxidizer). This causes hot, flammable gases to fill the room. This leads to temperatures rising and pressure building, causing the building to appear like it’s pulsing or throbbing. If all of a sudden, a door is opened to let in a burst of new oxygen, all of the flammable gases burst into flames, due to the fire being oxidized again, i.e. hot, flammable gases plus fire equals one big explosion. This results in a rolling fireball that no one would ever want to get caught in. Check out the following video to see a backdraft in action:
These three circumstances are incredibly dangerous to get caught in, and you are unlikely to survive. Make fire safety one of your top priorities and make sure you own every kind of fire safety equipment. A smoke detector to warn you of the fire, a fire extinguisher to fight the fire, and a SkySaver when you run out of options and must flee the fire.
Komputer hadir dalam beragam bentuk seiring perkembangannya. Berikut jenis-jenis komputer yang biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari:
Banyak orang menggunakan komputer desktop di kantor, rumah, dan sekolah. Komputer desktop dirancang untuk diletakkan di atas meja, dan biasanya terdiri dari beberapa bagian yang berbeda, termasuk casing komputer, monitor, keyboard, dan mouse.
Jenis komputer kedua yang mungkin kamu kenal adalah komputer laptop yang biasa disebut laptop. Laptop adalah komputer bertenaga baterai yang lebih portabel daripada desktop, memungkinkanmu menggunakannya hampir di mana saja.
Komputer tablet —atau tablet —adalah komputer genggam yang bahkan lebih portabel daripada laptop. Alih-alih keyboard dan mouse, tablet menggunakan layar sensitif sentuhan untuk mengetik dan navigasi. The iPad adalah contoh dari sebuah tablet.
Sebuah Server adalah sebuah komputer yang menyajikan informasi ke komputer lain di jaringan. Misalnya, setiap kali kamu menggunakan Internet, kamu melihat sesuatu yang disimpan di server. Banyak bisnis juga menggunakan server file lokal untuk menyimpan dan berbagi file secara internal.